SUBHANALLAH... Jenazah Alvi Dekap Alquran

Jenazah M Alvi Syahrir Alhafiz (17), santri korban perahu tenggelam ditemukan tim evakuasi di Sungai Musi kawasan Tanggatakat dalam posisi mendekap Alquran, Senin (30/8) pukul 14.00.
Jenazah dua santri lainnya, M Yuliansyah (16) dan Toyib, juga telah dievakuasi di lokasi terpisah.
Ketiga santri ditemukan tim evakuasi yang melakukan pencarian sejak Minggu (29/8).
Jenazah Alvi, Yuliansyah, dan Toyib dimakamkan di TPU Nagaswidak setelah dimandikan dan disalatkan di Musala Habib Abdurahman Kelurahan 13 Ulu, SU II.
Yuliansyah ditemukan terlebih dahulu di Sungai Gerong pukul 07.00 langsung dibawa ke musala untuk disalatkan.
Jenazah dibawa ke rumah di Sungai Pinang Kecamatan Rambutan dan dimakamkan di Nagaswidak pukul 12.30.
Pemakaman siswa Aliyah kelas 3 ini diantar beberapa kerabat keluarga dan teman-temannya di Pondok Pesantren.
Syamsul Hadi (48), ayahnya, terlihat sabar dan ikut membantu memakamkan Yuliansyah.
Dari kejauhan Dahlia (46), ibu Yuliansyah dan Khairunisa (13), adiknya, terlihat sedih melihat jenazah orang yang mereka cintai dimakamkan.
Mereka didampingi kerabat dekat yang memegang badan karena sempoyongan menahan tangis.
Sedangkan jenazah Alvi ditemukan gabungan Tim SAR pukul 14.00 di kawasan Tanggatakat.
Proses evakuasi sempat membuat kaget masyarakat dan keluarga karena Alvi ditemukan dalam posisi mendekap Alquran.
Habib Hamdi (35) langsung mengucap kalimat pujian pada Allah mengetahui hal itu, yang lainnya juga.
Alvi mengenakan baju koko mendekap erat Alquran di dadanya.
Tim evakuasi memindahkan kitab suci itu ke saku bajunya.
“Alquran itu sudah di dalam saku baju koko karena takut jatuh dalam perjalanan, jadi terpaksa dimasukan ke kantongnya,” kata H Syairozi SH MH, ayah Alvi.
Ditambahkan Syairozi, Alvi pergi bawa Alquran, ponsel, dan kontak motor.
Alquran tersebut dimiliki Alvi sejak 1 Maret 2007 saat ia mulai belajar menghafalnya.
“Itu Alquran kesayangan dan tidak pernah lepas jika Alvi mau pergi kemana saja,” ujarnya.
Yai, Muncullah Proses pencarian Alvi dramatis. Tim bergerak sejak pagi tapi belum ada tanda bakal ditemukan.
Pada pukul 13 30, Komarudin, pawang dari Srinanti ikut membantu mencari Alvi.
Ketika Komarudin menggelar ritual di dermaga depan Musala Habib Abdurrahman, suara tangis membuat kaget terdengar dari arah musala.
Nur Aini (47), ibu Alvi berjalan ke dermaga bersama kedua anak perempuan sambil menangis dan memanggil;
“Yai, muncullah, ibu tunggu di rumah.”  
Ada sekitar 5 menit panggilan itu diulang sambil melemparkan garam ke sungai, membuat merinding warga yang ikut menunggu di dermaga.
Beberapa mendekatinya berusaha menenangkan Nur Aini. Sebagian ibu-ibu ikut menangis haru.
Berselang satu jam kemudian, satu speedboat mendekat dari arah Pusri membawa jenazah Alvi.
Warga pun bergantian membopong jenazah ke musala, langsung dimandikan, disalatkan, dan dimakamkan dekat kuburan Yuliansyah.
Syairozi terlihat sabar. Begitu juga Nur Aini (47) dan kakak Alvi, Dian Miranda (21) serta adiknya Adina Nikmawati (15).

Ketiganya melihat dari kejauhan dan tidak menangis, kemudian mendekat setelah Alvi selesai dimakamkan dan didoakan.
Tim evakuasi menghentikan pencarian pukul 15.30. Sementara Toyib ditemukan warga di kawasan Baguskuning pukul 21.00 dan langsung melapor ke Polairud.
Jenazahnya dibawa ke Musala Habib Abdurrahman untuk dimandikan, disalatkan, dan langsung dimakamkan di TPU Nagaswidak. Fuad, ayah Toyib, mengaku lega jenazah anaknya ditemukan.
Insiden perahu tenggelam usai 18 santri Ponpes Ar Riyadh 13 Ulu pulang khatam Quran di Musala Al Kautsar Sabtu (28/9) pukul 23.30 mengundang simpati masyarakat.
Walikota Palembang, H Eddy Santana Putra melayat ke Musala 14.30 didampingi pejabat teras Pemkot Palembang. Walikota menyampaikan belasungkawa.
“Bagi keluarga yang ditinggalkan, semoga diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapai cobaan ini dan semoga amal ibadah ketiga santri dapat diterima Allah SWT. Saya harap, peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di masa mendatang,” katanya.
Ridwan Menyesal Sementara itu, serang perahu nahas Ridwan di ruang tahanan Kepolisian Pelaksana Pengamanan Pelabuhan (KPPP) Palembang terlihat pucat.

Dia sampai tidak menyadari ada orang yang mengamatinya dari luar tahanan.
Ridwan menuturkan keinginannya untuk ikut mencari tiga santri yang tenggelam kemarin siang.
Ia mengaku sangat merasa bersalah dan terpukul akibat peristiwa tersebut.
Setiap detik, pikirannya tak pernah lepas dari teriakan para santri yang menumpang keteknya.
“Hingga kini saya tak bisa tidur nyenyak. Saya benar-benar merasa bersalah dan ingin ikut mencari agar jasad mereka bisa segera ditemukan,” ujar Ridwan sambil menutupi matanya yang tampak mengeluarkan air mata.
Ditambahkan Ridwan, tidak ada firasat sama sekali jika malam itu menjadi malam yang tidak akan terlupakan seumur hidupnya.
Beberapa jam sebelum kejadian, ia mendapat order untuk mengantar para santri Ponpes Arriyadh ke Musholah Al Kausar 10 Ilir.

Ia pun tidak memasang harga tinggi untuk ongkos, karena sudah hapal jika para santri hendak melaksanakan khatam Alquran.
“Saya hanya ingin beramal saja. Berapa pun yang mereka beri, akan saya terima,” imbuh bapak dua anak ini.
Disinggung soal muatan kapal yang sudah melebihi kapasitas. Pria yang sudah 10 tahun menjadi serang perahu ini mengatakan penumpang 18 orang belum terlalu banyak.
Ia bahkan pernah mengangkut hingga 23 orang dewasa, tapi tidak pernah terjadi peristiwa seperti ini.
“Saya ingin sekali bertemu dengan keluarga tiga santri yang hilang. Saya ingin minta maaf. Sungguh saya tidak punya niat untuk mencelakakan mereka,” harap Ridwan. (ahf/mg1/mg4/mg10/mg12/mg13/sar)

SUMBER http://palembang.tribunnews.com/31/08/2010/jenazah-alvi-dekap-alquran?page=4
loading...
loading...

Subscribe to receive free email updates: