ASTAGHFIRULLAH, Feminis Soe Tjen Marching Sebut Alquran Bisa Salah dan Bisa Direvisi

Feminis sekaligus aktivis yang memperjuangkan hak-hak korban 1965, Soe Tjen Marching, mendapat sorotan di Facebook. Dia membuat heboh setelah mengunggah tautan berita dengan judul "Pemerintah akan Revisi Terjemahan Alquran".

Hal yang menjadi sorotan adalah, Soe Tjen Marching menulis status yang mengundang para pengikutnya untuk ikut berkomentar, mengkritik, hingga menyerang argumennya.

"Terjemahan Quran akan direvisi? Ini sih bukan barang baru. Lha, memang Kitab Suci itu bisa salah dan bisa jadi objek revisi. Yang parah, yang sudah telanjur percaya sampai ngotot dan bahkan tidak saja ngorbankan nyawa sendiri, tapi juga nyawa yang lain. Eh, tahu-tahu keliru dan ayat yang dipercaya harus direvisi, yang percaya sudah telanjur mati (sambil bawa nyawa orang lain)," begitu status yang ditulis Soe Tjen Marching.



Sontak saja, status itu mendapat beragam tanggapan. Salah satunya dari akun milik Heru Tock. Dia menulis, "Maaf status Anda justru yang dapat menimbulkan SARA dan harus direvisi, Alquran tak pernah mengalami perubahan (sejak kapan pun), mungkin penafsiran dari penerjemahan bahasa Indonesia ada yang tidak sesuai dalam kandungan Alquran yang diwahyukan kepada Nabi."

Akun Putri Aisyiyah menulis, "Don't judge what you don't understand. Saya menghargai pemikiran Anda tentang genosida '65 ataupun feminisme sebab Anda expert di bidang tersebut. Tapi, saya langsung kecewa baca statement Anda tentang hal ini."

Pun dengan akun bernama Eko Rudi ikut menulis tanggapan. "Duh, Tante Soe Tjen Marching, sepertinya panjenengan nggak pantes deh bikin posting-an kayak gini. Yang direvisi kan bukan Alquran, tapi terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Tentunya Tante tahu bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dinamis, mudah menyerap istilah asing dan keragaman lokal. Coba deh dibaca ulang beritanya! Ini saya kutipkan beberapa hal penting: 'terjemahan Alquran untuk disesuaikan dengan perkembangan bahasa dan dinamika masyarakat.... Bahasa kan berkembang dan dinamika masyarakat juga selalu ada.' Bukankah Tante adalah orang terpelajar. Harusnya tidak melakukan hal seperti ini. Saya jadi ingat apa yang ditulis Pramoedya dalam novel Bumi Manusia: seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan."



Status Eko Rudi ternyata menarik Soe Tjen Marching untuk menanggapinya. "Justru saya berbuat adil sejak dalam pikiran karena itu saya berani menuis seperti ini Eko Rudi. Coba bandingkan kitab suci yg satu dengan lainnya-betapa berbedanya mereka dan aturan-aturannya. Mengapa? Apakah karena Tuhannya beda? Bahkan Tuhan yang disembah pun bisa berbeda dari agama satu dan yang lain. Di agama Hindu, mengenal Tuhan yang berbentuk anjing, tapi di agama Islam anjing dianggap haram. Jadi, Tuhan agama satu diharamkan oleh agama yang lain. Saya sarankan supaya Anda lebih adil dalam pikiran," katanya.

Pemilik akun Ananto Sidohutomo ikut berkomentar: "Jhiakakakak..., dapat semakin tersesat jauh pemikiran kita ini, apalagi bila dikaitkan dengan isu 'kekerasan dalam menjalankan tuntunan agama'..., hahahaaaaaaaaaa...
Jadi penasaran pengin tahu kalau di Irlandia itu yang suka melakukan kekerasan memang kitab sucinya apa?... atau yang pakai bom cluster membunuhi puluhan ribu orang Irak dan Afganistan itu kitab sucinya apa?...
KALAU MAU MENILAI SEBUAH AGAMA, MAKA NILAILAH KITAB SUCINYA DAN JANGAN MENILAI ORANG-ORANGNYA... Bila ingin fokus pada pemikiran founding father negeri ini..., ayo kita laksanakan ide pemikirannya yang berada pada teks Pancasila sebagai falsafah dan dasar bernegara..., sila pertama saja dahulu yang paling mudah... 1. KETUHANAN YANG MAHA ESA..."

Soe Tjen Marching pun membalas argumen Ananto Sidohutomo. "Ketuhanan Yang Maha Esa itu bikinan Orba, Pak. Di zaman Sukarno tidak ada karena banyak agama yang politeis."

Debat pun berlanjut karena banyak pengikut esais dan penulis perempuan itu tidak sependapat dengan pernyataan Soe Tjen Marching dalam memandang Alquran. "Saya akan akhiri diskusi ini karena sudah tidak kondusif lagi. Jelas, yang memaki saya 'ngawur' atau menertawakan dll, belum membaca penelitian tentang Kitab Suci dengan saksama. Komentar setelah ini akan saya hapus."

sumber; republika.co.id
loading...
loading...

Subscribe to receive free email updates: