Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa yang bershalawat atasku sekali, Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali.” (HR. Muslim dalam As-Shalah IV/128)
Ibnu Al ‘Arabiy menjelaskan, “…Lalu –pada hadits ini dijelaskan bahwa Allah ‘azza wa jalla bershalawat atasnya sepuluh kali. Maksudnya, Allah ingat kepada seorang hamba jauh lebih bernilai dibandingkan dilipatgandakannya pahala suatu amal. Demikianlah Allah ‘azza wa jalla menjadikan balasan dzikir kepada-Nya adalah dzikir(ingat)Nya kepada si hamba, dan balasan dzikir (shalawat) kepada nabi adalah ingatnya nabi kepada si hamba tadi.”
Al ‘Iraqi menambahkan, “Bahkan bukan itu saja. Dituliskan baginya sepuluh kebajikan, dihapus darinya sepuluh kejahatan, dan diangkatlah ia sepuluh derajat, seperti tersebut dalam banyak hadits.”
Dari Anas bin Malik bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Barangsiapa mendengar namaku disebut, hendaknya ia bershalawat atasku. Barangsiapa bershalawat atasku sekali, Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali. Dalam riwayat lain, disebutkan “Barangsiapa bershalawat atasku sekali, Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali, dihapuskan darinya sepuluh kejahatan, dan diangkatlah ia sepuluh derajat”. (HR. Ibnu As Sunniy no.382 dalam Al Adzkar)
Secara tekstual, hadits di atas menunjukkan wajibnya bershalawat atas Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam. Ini didukung oleh hadits lain, “Seorang yang bakhil adalah seorang yang namaku disebut, lalu ia tidak bershalawat atasku”. (HR. An Nasa’iy dan At Tirmidzi)
Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat yang melanglang buana, menyampaikan salam ummatku kepadaku.” (HR. Ahmad)
Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa salam, “Manusia yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti adalah yang paling banyak bershalawat atasku.” (HR. At Tirmidzi)
Aus bin Aus meriwayatkan, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Di antara hari-hari yang utama bagi kalian adalah hari Jum’at. Pada hari itu, Adam diciptakan dan diwafatkan. Pada hari itu pula akan terjadi tiupan yang pertama dan kedua.Karena itu, perbanyaklah shalawat atasku pada hari itu.
Sesungguhnya shalawat kalian atasku akan diperlihatkan kepadaku”. Para sahabat bertanya, “Bagaimana mungkin ya Rasulullah, sedangkan engkau telah tiada?” Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas bumi untuk memakan jasad para nabi.” (HR. Ibnu Majah, Al Jana’iz I/524)
Adapun tentang lafadz shalawat, Abu Mas’ud Al Anshariy meriwayatkan, “Ketika kami sedang bermajlis dengan Sa’ad bin Ubadah, Rasulullah datang. Basyir bin Sa’da bertanya, “Allah memerintahkan kami untuk bershalawat atasmu wahai Rasulullah. Bagaimanakah kami melakukannya?” Rasulullah diam beberapa saat sampai-sampai kami berpikir, alangkah baiknya jika Basyir tidak menanyakan hal itu kepada beliau. Lalu Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Bacalah: ‘Ya Allah, berilah shalawat atas Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberi shalawat atas keluarga Ibrahim. Juga berkatilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Di seluruh alam semesta, sesungguhNya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.’ Adapun lafal salam adalah seperti yang telah kalian ketahui.” (HR. Muslim dalam As Shalah IV/123)
Dikutip dari buku Tadzkiyatun Nafs, Konsep Penyucian Jiwa Menurut Ulama Shalafushshalih karya Dr. Ahmad Farid
sumber: muslimahzone.com
loading...
loading...